Kamis, 24 Maret 2011

Rabiah binti Ismail Al-Adawiyah adalah wanita sufi ternama dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai pengagum cinta (mahabbatullah) dan dikenang sebagai ibu para sufi besar (The Mother of The Grand Master). Lahir sekitar tahun 713 Masehi--masa awal kurun kedua tahun Hijriah--di Kota Basrah Irak.

Sepenggal Kisah Robiah
Suatu ketika, Abdul Wahid bin Zayd, seorang sufi yang hidup sezaman dengan Rabiah, mengajukan pinangan kepadanya. Tapi pinangan itu ditolak.
Rabiah mengatakan,
"Wahai saudaraku, carilah perempuan lain. Apakah engkau melihat adanya satu tanda-tanda sensualitas dalam diriku?"

Abdul Wahid bin Zayd, menjawab:
"Aku tertarik karena keindahan matamu". Mendengar jawaban tersebut, Rabi'ah langsung masuk ke dalam kamarnya dan tidak lama kemudian Rabiah keluar dari kamarnya dengan membawa bungkusan dan mukanya ditutup dengan kain yang berlumuran darah, seraya Rabi'ah berkata kepada Abdul Wahid Zayd, "Inilah mataku yang engkau sukai saya berikan kepadamu, agar engkau tidak bermaksiat lagi sebab mataku tersebut"

Begitulah Rabi'ah, ternyata beliau masuk kamar guna mencukil matanya sendiri, yang menjadi sebab orang lain tertarik kepadanya dan itu dianggap sebagai penyebab orang lain melakukan kemaksiatan makanya agar orang lain tidak melakukan kemaksiatan lagi mata tersebut dicukil dan diberikan kepada orang yang menyenanginya.

Di lain waktu, datanglah Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, seorang Amir Abbasiyah dari Basrah (w 172 H) juga pernah mengajukan pinangannya. Untuk menarik hati Rabiah, ia memberi iming-iming mahar perkawinan sebesar 100 ribu dinar dan menjanjikan 10 ribu dinar tiap bulan dari pendapatannya.

Rabiah berkata,
''Aku sungguh tidak merasa senang bahwa engkau akan menjadi budakku dan semua milikmu akan engkau berikan kepadaku, atau engkau akan menarikku dari Allah meskipun hanya untuk beberapa saat.''
Dan terakhir, tawaran itu datang dari Gurunya sendiri, Hasan Al-Bashri. Rabiah setuju tapi dengan empat syarat apabila Hasan Al-Bashri bisa menjawab dan memastikan jawabannya benar.

Pertama
Rabiah :
''Apakah yang akan dikatakan oleh Hakim dunia ini saat kematianku nanti, akankah aku mati dalam Islam atau murtad?'' 
Hasan :
''Hanya Allah Yang Maha Mengetahui yang dapat menjawab.''

Kedua
Rabiah : 
"Pada waktu aku dalam kubur nanti, di saat Malaikat Munkar dan Nakir menanyaiku, dapatkah aku menjawabnya?'' 
Hasan :
''Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.''

Ketiga
Rabiah :
''Pada saat manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar di Hari Perhitungan (Yaumul Hisab), semua orang akan menerima buku catatan amal di tangan kanan dan di tangan kiri. Bagaimana denganku, akankah aku menerima di tangan kanan atau di tangan kiri?'' 
Hasan :
''Hanya Allah Yang Mahatahu.''

Keempat
Rabiah :
''Pada saat Hari Perhitungan nanti, sebagian manusia akan masuk surga dan sebagian lain masuk neraka. Di kelompok manakah aku akan berada?''
Hasan lagi-lagi menjawab dengan jawaban yang sama.
"Karena memang hanya Allah saja Yang Maha Mengetahui semua rahasia yang tersembunyi."
Karena ternyata Hasan Al Basyri tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Rabi'ah tersebut maka Rabiah lebih memilih Allah sebagai Kekasih sejatinya daripada makhluk-makhluk-Nya.


Bismiilahi walhamdulilahi la haula wala quwata ila billahi Nawaitul Lilahi Ta'ala......

Assalamu’alaikum warohmatullallhi wabarokaatuh, ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar